Berjalan dan Berhitung

Aktivitas menarik dapat digunakan untuk menguatkan anak akan makna bilangan dan mengenalkan mereka dengan operasi aritmatika, seperti penjumlahan dan pengurangan.

Aktivitas

  1. Ajaklah anak anda berjalan. Jalan-jalan bisa dilakukan di sekitar rumah atau di taman. Kemudian katakan padanya:
  • Dua langkah panjang dan satu langkah kecil
  • Tiga langkah kecil, satu kali melompat, dan dua langkah panjang
  • Tiga kali melompat dan satu kali berputar
  • Dua kali langkah panjang ke depan dan satu kali langkah pendek ke belakang
  1. Bantulah anak anda mengingat perintah dengan mengeraskan suara anda
  • 2 – 1
  • 3 – 1 – 2

Dst

  1. Lakukan hal lucu dengan meminta anak anda mengikuti langkah-langkah anda
  2. Untuk anak anda yang sudah di taman kanak-kanak perluas aktivitas “tebakan” dengan memperkirakan banyaknya langkah yang bisa dilakukan. Misalkan dari pohon sampai ke ujung gang. Setelah ia membuat perkiraan atau estimasi, biarkan ia menghitung langkahnya untuk mengetahui akurasi perkiraanya. Selanjutnya mintalah ia memperkirakan berapa banyak langkah anda. Biarkan anak anda menghitung langkah anda seberapa tepat jawabannya.

 

# Dukung anak anda mempraktekkan keterampilan aritmatika. “Berapa banyak motor yang sudah lewat?” “Berapa banyak motor selanjutnya yang akan lewat untuk mencapai 10 motor?”

Dipublikasi di Dunia Anak | Meninggalkan komentar

Berburu Harta Karun

Anak dapat diajarkan berhitung menggunakan nama bilangan dan belajar mengenal perbedaan nilai bilangan. Kegiatan ini mengembangkan pemaknaan bilangan dan penalaran matematika.

Alat yang diperlukan:

  • 4 buah kotak bekas
  • 4 plastik kecil
  • Manik-manik

Aktivitas

  1. Isi sejumlah manik-manik di 4 plastik kecil dengan jumlah yang berbeda. Kemudian masukkan plastik kecil itu ke dalam kotak bekas, satu plastik dimasukkan ke dalam satu kotak.
  2. Tunjukkan pada anak ketiga kotak tersebut dan katakan bahwa kita akan berburu manik-manik. Setelah itu mintalah anak menunggu di luar kamar dan anda menyembunyikan keempat kotak pada tempat yang berbeda dan terjangkau bagi anak. Ketika anak menemukan keempat kotak mintalah ia berhitung jumlah kotak itu- “1, 2, 3, 4.”
  3. Selanjutnya mintalah anak untuk mengeluarkan plastik pada setiap kotak dan menghitung banyaknya manik-manik pada setiap plastik.

# Terkadang anak tidak memahami makna nama bilangan pada urutan tertentu. Hal tersebut tidak masalah, dengan penguatan dan pembiasan maka anak akan memahaminya.

Dipublikasi di Dunia Anak | Meninggalkan komentar

Matematika dalam Lagu

Anak sangat suka mendengar lagu. Di rumah anak dapat belajar dengan lagu yang menarik untuk mengenal matematika dasar, seperti nama bilangan dan urutan bilangan.

Bangun Pagi

 

Satu dua tiga empat lima enam tujuah delapan

Siapa rajin ke sekolah cari ilmu sampai dapat

 

Sungguh senang amat senang

Bangun pagi-pagi sungguh senang

 

Lagu di atas dapat dinyanyikan dengan menunjukkan urutan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 menggunakan jari.

 

Anak Ayam

 

Tek kotek kotek kotek

Anak ayam turunlah berkotek

Tek kotek kotek kotek

Anak ayam turunlah berkotek

 

Anak ayam turunlah empat

Mati satu tinggallah tiga

Anak ayam turunlah tiga

Mati satu tinggallah dua

 

Anak ayam turunlah dua

Mati satu tinggallah satu

Anak ayam turunlah satu

Mati satu tinggal induknya

 

Ketika menyanyikan lagu, mintalah anak untuk menunjukkan bilangan dengan menggunakan jarinya, banyaknya anak ayam “4, 3, 2, 1 “.

 

# Bernyanyi dapat dijadikan cara mengenalkan angka pada anak. Suasana yang menyenangkan saat bernyanyi memudahkan anak menangkap pesan angka di dalamnya.

Dipublikasi di Dunia Anak | Meninggalkan komentar

Kecemasana Matematika

Ketertarikan dalam anxiety atau kecemasan matematika diwali dengan observasi pada guru matematika pada awal 1950an. Pada tahun 1957, Dreger dan Aiken mengenalkan anxiety matematika sebagai istilah baru untuk menggambarkan sikap siswa yang kesulitan matematika. Mereka mendefiniskannya sebagai “the presence of a syndrome of emotional reactions to arithmetic and mathematics” (Baloglu & Zelhart, 2007). Anxiety matematika juga dapat digambarkan dan didefiniskan sebagai perasaan cemas ketika menemukan masalah matematika (David Sheffield & Thomas Hunt, 2006).  Menurut Tobias (dalam Furner & DeHass, 2011) anxiety matematika merupakan  perasaan tertekan dan cemas ketika berkaitan dengan manipulasi angka dan pemecahan masalah matematika dalam situasi kehidupan nyata dan akademik. Beberapa siswa cenderung lebih cemas pada proses tes dan seringkali ketakutan (kecemasan tes matematika), dan yang lain takut mengambil kelas matematika, hal ini dapat terjadi di sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah tinggi atau tingkat kampus (kecemasan pelajaran matematika). Tobias merasa bahwa anxiety dapat menyebabkan lupa dan hilangnya rasa percaya diri.

Kecemasan matematika cenderung terjadi pada sesorang dengan kemampuan matematika kurang. Artinya, individu dengan kecemasan matematika tinggi memiliki keterampilan atau latihan yang lebih sedikt dengan individu yang memiliki kecemasan matematika rendah. Individu dengan kecemasan matematika cenderung menjauhi kelas matematika dan belajar sedikit matematika dalam pelajaran yang mereka ambil. Pengaruh sosial dan kemampuan kognitif siswa cenderung menjadi sebab kecemasan matematika di sekolah. Pengaruh sosial siswa berasal dari guru yang cemas tentang kemampuan matematika dirinya sehingga memberi sikap negatif pada beberapa siswa mereka. Sedangkan pengaruh kemampuan kognitif disebabkan oleh keterampilan dasar yang lemah, misalnya lemah dalam menghitung atau memahami bangun ruang akan menyebabkan berkembangnya kecemasan matematika (Maloney & Beilock, 2012).

Ciri kecemasan matematika dalam diri seseorang sebagai berikut (Freedman, 2012):

  1. Adanya rasa takut terhadap matematika;
  2. Adanya anggapan bahwa matematika itu menyulitkan (selalu berprasangka negatif);
  3. Adanya rasa tegang saat belajar matematika;
  4. Adanya rasa takut tidak bisa mengerjakan soal matematika;
  5. Adanya rasa takut dan malu tidak bisa menjawab pertanyaan guru saat belajar matematika;
  6. Adanya rasa tidak percaya diri belajar matematika;
  1. Sering lupa terhadap konsep matematika.
Dipublikasi di Kemampuan Matematika | Meninggalkan komentar

Kreativitas Matematika

Johnson dan Rising (dalam Ruseffendi, 2006: 238) menyatakan bahwa manusia kreatif adalah manusia yang tidak suka berkompromi, tidak suka bergantung pada orang lain, jawaban terhadap pertanyaan itu sering lain daripada yang diperkirakan, sensitif terhadap permasalah, kurios terhadap ide baru, bebasa dan percaya diri dalam membuat pertimbangan, mempunyai kemampuan dalam menghubungkan ide-ide, dan terkadang termasuk kepada orang yang tidak suka diperintah.

Kreativitas digambarkan sederhana oleh Poincare sebagai ketajaman, atau pilihan. Merujuk dari Poincare langkah pertama kreativitas diperoleh dari kerja untuk mendapatkan pengetahuan suatu masalah, disebut juga tahap preparatory. Tahap kedua, incubatory, masalah disisihkan untuk suatu periode dan menggunakan pikiran pada masalah lain. Pada tahap ketiga, iluminatory, solusi masalah kemungkinan mncul secara mengejutkan ketika individu melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan.  Namun proses kreatif belum berakhir pada tahap ini. Terdapat tahap keempat yaitu mengekspresikan solusi dalam bahasa atau tulisan (Sriraman, 2004).

Menurut Guilford (dalam Yuan & Sriraman, 2011) mengasosiasikan fluency, flexibility dan originality adalah aspek penting dalam kreativitas yang dikenal  sebagai struktur dari model intelek. Guilford menegaskan bahwa terdapat dua kelompok dari faktor kecerdasan yaitu berpikir dan faktor memori, dan sebagian besar bertumpu pada faktor berpikir. Dari kelompok ini tampak tiga pembagian, faktor kognitif (penemuan), faktor hasil, dan faktor evaluasi. Kelompok hasil dapat dibagi kembali dalam kelas kemampuan berpikir konvergen dan berpikir divergen. Guilford mendefinisikan hasil divergen sebagai turunan informasi dari informasi yang diberikan, penekanannya pada beragam output dari sumber yang sama (informasi, originality, sisntesis atau perspektif tidak biasa). Kategori berpikir divergen, diantaranya fluency, flexibility, originality, dan elaborasi. fluency menunjukkan sejumlah output, flexibility menunjukkan perubahan beberapa jenis (makna, interpretasi, strategi) dalam arti pemaknaan baru tujuan. Berpikir originality berarti hasil tidak biasa, berbeda, atau respon yang lebih cerdas. Elaborasi dalam berpikir berarti kemampuan seseorang untuk menghasilkan langkah jelas dalam membuat rencana kerja. Guilford memandang berpikir kreatif jelas melibatkan penggolongan sebagai hasil divergen.

Secara rinci Sumarmo (2011) menguraikan kemampuan berpikir kreatif, sebagai:

1) Kelancaran (fluency) : a) Mencetuskan banyak ide/jawaban/penyelesaian masalah/ pertanyaan dengan lancar; b)  Memberikan banyak cara/saran; memikirkan lebih dari satu jawaban.

2) Kelenturan (flexibility): a) Menghasilkan beragam gagasan/jawaban/ pertanyaan/arah alternatif; melihat suatu masalah dari beragam sudut pandang; b) mengubah cara pendekatan/pemikiran.

3) Keaslian (Originality): a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik;  b)  Memikirkan  cara/ kombinasi  yang  tidak  lazim.

4) Elaborasi (elaboration) : a) Mampu mengembangkan suatu gagasan/ produk; b) Menambah/ memperinci detil-detil dari suatu obyek/gagasan/situasi.

Menurut Ruseffendi (2006: 239) sifat kreatif dalam diri anak dapat dilatih, dibiasakan sejak kecil untuk melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan memecahkan masalah. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan oleh guru yang kreatif, menggunakan kemampuan kreatifnya dalam mengajarkan matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan memperhatikan perbedaan kemampuan berpikir pada setiap anak.

Dipublikasi di Kemampuan Matematika | Meninggalkan komentar