Kreativitas Matematika

Johnson dan Rising (dalam Ruseffendi, 2006: 238) menyatakan bahwa manusia kreatif adalah manusia yang tidak suka berkompromi, tidak suka bergantung pada orang lain, jawaban terhadap pertanyaan itu sering lain daripada yang diperkirakan, sensitif terhadap permasalah, kurios terhadap ide baru, bebasa dan percaya diri dalam membuat pertimbangan, mempunyai kemampuan dalam menghubungkan ide-ide, dan terkadang termasuk kepada orang yang tidak suka diperintah.

Kreativitas digambarkan sederhana oleh Poincare sebagai ketajaman, atau pilihan. Merujuk dari Poincare langkah pertama kreativitas diperoleh dari kerja untuk mendapatkan pengetahuan suatu masalah, disebut juga tahap preparatory. Tahap kedua, incubatory, masalah disisihkan untuk suatu periode dan menggunakan pikiran pada masalah lain. Pada tahap ketiga, iluminatory, solusi masalah kemungkinan mncul secara mengejutkan ketika individu melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan.  Namun proses kreatif belum berakhir pada tahap ini. Terdapat tahap keempat yaitu mengekspresikan solusi dalam bahasa atau tulisan (Sriraman, 2004).

Menurut Guilford (dalam Yuan & Sriraman, 2011) mengasosiasikan fluency, flexibility dan originality adalah aspek penting dalam kreativitas yang dikenal  sebagai struktur dari model intelek. Guilford menegaskan bahwa terdapat dua kelompok dari faktor kecerdasan yaitu berpikir dan faktor memori, dan sebagian besar bertumpu pada faktor berpikir. Dari kelompok ini tampak tiga pembagian, faktor kognitif (penemuan), faktor hasil, dan faktor evaluasi. Kelompok hasil dapat dibagi kembali dalam kelas kemampuan berpikir konvergen dan berpikir divergen. Guilford mendefinisikan hasil divergen sebagai turunan informasi dari informasi yang diberikan, penekanannya pada beragam output dari sumber yang sama (informasi, originality, sisntesis atau perspektif tidak biasa). Kategori berpikir divergen, diantaranya fluency, flexibility, originality, dan elaborasi. fluency menunjukkan sejumlah output, flexibility menunjukkan perubahan beberapa jenis (makna, interpretasi, strategi) dalam arti pemaknaan baru tujuan. Berpikir originality berarti hasil tidak biasa, berbeda, atau respon yang lebih cerdas. Elaborasi dalam berpikir berarti kemampuan seseorang untuk menghasilkan langkah jelas dalam membuat rencana kerja. Guilford memandang berpikir kreatif jelas melibatkan penggolongan sebagai hasil divergen.

Secara rinci Sumarmo (2011) menguraikan kemampuan berpikir kreatif, sebagai:

1) Kelancaran (fluency) : a) Mencetuskan banyak ide/jawaban/penyelesaian masalah/ pertanyaan dengan lancar; b)  Memberikan banyak cara/saran; memikirkan lebih dari satu jawaban.

2) Kelenturan (flexibility): a) Menghasilkan beragam gagasan/jawaban/ pertanyaan/arah alternatif; melihat suatu masalah dari beragam sudut pandang; b) mengubah cara pendekatan/pemikiran.

3) Keaslian (Originality): a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik;  b)  Memikirkan  cara/ kombinasi  yang  tidak  lazim.

4) Elaborasi (elaboration) : a) Mampu mengembangkan suatu gagasan/ produk; b) Menambah/ memperinci detil-detil dari suatu obyek/gagasan/situasi.

Menurut Ruseffendi (2006: 239) sifat kreatif dalam diri anak dapat dilatih, dibiasakan sejak kecil untuk melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan memecahkan masalah. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan oleh guru yang kreatif, menggunakan kemampuan kreatifnya dalam mengajarkan matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan memperhatikan perbedaan kemampuan berpikir pada setiap anak.

Tentang ifada

Belajar untuk lebih baik lagi..
Pos ini dipublikasikan di Kemampuan Matematika. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar